Jangka Jayabaya | Ramalan Akhir Zaman
Ramalan Jayabaya atau sering disebut Jangka Jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga .Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keaslianya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yg menuliskan bahwasanya Jayabayalah yg membuat ramalan-ramalan tersebut.
"Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."
"Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."
Isi Ramalan itu kurang lebih sebagai berikut:
Akeh udan salah mangsa (Banyak hujan salah musimnya)
Akeh prawan tuwa, akeh randha meteng (Banyak perawan tua, banyak janda hamil)
Akeh bayi tanpa bapa (banyak bayi tanpa ayah)
Agama akeh sing nantang (banyak agama yang dipermainkan)
Kamanungsan akeh sing ilang (rahsa kemanusian sudah banyak yang hilang)
Omah suci padha benci, omah olo padha dipuja (rumah peribadatan banyak ditinggalkan, rumah bordil malah disuka)
Wanodya padha wani ing ngendi endi (wanita banyak yang kluyuran malam)
…
Banjir bandang ana ngendi-endi (Banjir akan terjadi dimana-mana diseluruh nusantara)
Gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni (gunung-gunung akan meletus berantai, tanpa ada tanda terlebih dahulu)
Gething kepahti marang pandhita kang olah pathi geni (manusia menjauhi dan membenci para spiritualis yang mengolah jiwa mereka)
Marga wedi kepiyak wadine (sebab dikarenakan takut akan dilihat dan dibuka aib oleh mereka)
Sapa sira sing sayekti (mari bertanya kepada diri kita,~ siapakah diri manusia sejatinya)
Pancen wolak walike jaman (inilah keadaan jaman dalam dualitas)
Amenangi jaman edan (suatu saat~akan mengalami jaman edan)
Ora edan ora kumanan (kalau tidak edan tidak kebagian)
Sing waras pada nggragas (orang waras saja dalam keserakahannya masing-masing)
Wong tani padha ditaleni (Petani justru dipersulit)
Wong dora padha ura-ura (para penipu-koruptor dipuja-puja, bersuka ria)